Religious and Cultural Contestation in Strengthening The Role of Women Through Pedhalangan Art

Muta Ali Arauf

Abstract


This article explores the contestation of religion and culture in the context of female puppeteers in Banyumas. Some young female puppeteers in Banyumas show their talent and interest in Wayang Golek performances performed by the Paguyuban Muda Banyumas to preserve existing local culture. This qualitative research uses data collection techniques through observation and interviews with the chairman and members of the Banyumas Young Dalang Art Association. The results of this study show that the role of women in the arts is interpreted from the point of view of religion and culture, so the dynamics are diverse. Religious and cultural contestation regarding the world of Pedhalangan Art provides ample opportunities for the Banyumas female puppeteer community to be more aggressive in facing the increasingly rampant Islamization fever that often marginalizes local culture, which is sometimes considered traditional and always synonymous with heresy. On the other hand, the phenomenon of female puppeteers played by young women in Banyumas is part of an effort to preserve ancestral culture that is increasingly fading on the surface. At least to preserve local culture, maintain and produce cultural products, create cultural agents, and strive to build national character.

Artikel ini mengeksplorasi kontestasi agama dan budaya dalam konteks dalang perempuan di Banyumas. Beberapa dalang perempuan muda di Banyumas menunjukkan bakat dan minat mereka dalam pertunjukan wayang golek yang dilakukan oleh Paguyuban Muda Banyumas untuk melestarikan budaya lokal yang ada. Penelitian kualitatif ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara dengan ketua dan anggota Paguyuban Seni Dalang Muda Banyumas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran perempuan dalam seni diinterpretasikan dari sudut pandang agama dan budaya, sehingga dinamikanya beragam. Kontestasi agama dan budaya terkait dunia seni pedhalangan memberikan peluang besar bagi komunitas dalang perempuan Banyumas untuk lebih agresif menghadapi demam Islamisasi yang semakin marak, yang seringkali meminggirkan budaya lokal yang terkadang dianggap tradisional dan selalu identik dengan bid'ah. Di sisi lain, fenomena dalang perempuan yang dimainkan oleh perempuan muda di Banyumas merupakan bagian dari upaya melestarikan budaya leluhur yang semakin memudar di permukaan. Setidaknya untuk melestarikan budaya lokal, memelihara dan menghasilkan produk budaya, menciptakan agen budaya, dan berupaya membangun karakter bangsa.


Keywords


Culture, Contestation, Female Mastermind, Religion, Role.

Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.15548/al-adyan.v5i1.8550
Abstract views : 72 times
PDF : 29 times

References


Abdullah, A. (2001). At-Ta’wil al-Ilmi: Kearah Perubahan Paradigma Penafsiran Kitab Suci 2001). Al-Jamiah Journal of ‎Islamic Studies, Vol. 39 No(December), 378-380‎.

Afifah. (2023). Interview.

Agustina, R. (2010). Kamus Ilmiah Populer. Serba Jaya.

Bandura, A. (1962). Social Learning Through Imitation. In Nebraska Symposium on Motivation, 1962. (pp. 211–274).

Berger, P. L., & Luckmann, T. (1967). The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociology of Knowledge. Knopf Doubleday Publishing Group.

Biddle, B. J. (1979). Role Theory: Expectations, Identities, and Behaviors. Academic Press.

Driyarkara, N. (1989). Filsafat manusia. Kanisius.

Endraswara, S. (2006). Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan. Pustaka Widyatama.

Erlina, F. (2023). Gender dalam Lokalitas Budaya Panginyongan (Analisis Strategi Aktifis Perempuan Di Banyumas Dalam Mengelola Konflik Rumah Tangga). Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender Dan Anak, 18(1), 99–122. https://doi.org/10.24090/yinyang.v18i1.7087

Hardjowirogo, M. (1984). Manusia Jawa. Yayasan Idayu.

Hasna. (2023). Interview.

Ismah, N. (2017). Menjadi Dalang Perempuan Dalam Wayang Kulit Jawa : Inisiatif Pribadi dan Lingkungan Sebagai Tempat Pembelajaran. Dialekta Masyarakat: Jurnal Sosiologi, 1(1), 37–56.

J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto. (2010). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Prenada Media Group.

Jong, P. E. de J. de. (1952). Unity in diversity: Indonesia as a field of Anthropological Study. In Quarterly Journal of Speech (Vol. 38, Issue 2, pp. 123–132). Brill. https://doi.org/10.1080/00335635209381753

Monceri, F. (2009). The transculturing self II. Constructing identity through identification1. Language and Intercultural Communication, 9, 43–53. https://doi.org/10.1080/14708470802444282

Nabila. (2023). Interview.

Nor Hasan, E. S. (2019). Relasi Agama dan Tradisi Lokal ( Studi Fenomenologis Tradisi Dhammong Madura). CV. Jakad Media Publishing.

Panji Laksono. (2023). interview.

Poedjosoedarmo, S. (1978). Interferensi Dan Integrasi Dalam Situasi Keanekabahasaan. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Ragelienė, T., & Justickis, V. (2016). Interrelations of Adolescent’S Identity Development, Differentiation of Self and Parenting Style. Psichologija, 53, 24–43.

Ramonita, L., Setiawan, J. H., Sukandar, R., & Aruman, E. (2023). Pemberdayaan Perempuan dalam Pertunjukan Wayang Kulit: Upaya Penyetaraan Gender oleh Dalang Perempuan. Jurnal Komunikasi Pembangunan, 21(01), 45–58. https://doi.org/10.46937/21202344712

Rezaei, T. (2022). The Role Of Women In Preserving Cultural Heritage A Review Article Tahira Rezaei. Cultural Heritage and Technologies.

Roibin, R. (2012). Agama Dan Budaya-Relasi Konfrontatif Atau Kompromistik. Jurisdictie, 1–7. https://doi.org/10.18860/j.v0i0.1590

Santoso, J. (2009). Eksistensi Dan Problematika Dalang Perempuan. Kedaulatan Rakyat.

Sarwono. (2019). Psikologi Remaja (p. 297). Raja Grafindo Persada.

Solichin Salam. (1990). Menara Kudus (Vol. 9). Gema Salam.

Sugiarti, Andalas, E. F., & Bhakti, A. D. P. (2022). Representasi Maskulinitas Laki-laki dalam Cerita Rakyat Nusantara. KEMBARA : Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya, 8(1), 181–196. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/kembara

Sumjati. (2001). Manusia dan Dinamika Budaya: dari Kekerasan sampai Baratayuda. Bigraf Publishing.

Thoha, M. (2005). Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada.

Tylor, E. B. (2010). Primitive Culture. In Primitive Culture. J. Murray. https://doi.org/10.1017/cbo9780511705960

Van Ness, E. C., & Prawirohardjo, S. (1981). Javanese Wayang Kulit: an Introduction. In Javanese Wayang Kulit (p. 110).

waluyo, kanti. (2000). Dunia Wayang Nilai Estetis, Sakralitas & Ajaran Hidup (p. 150).

Waters, M. (1933). Modern Sociological Theory (Vol. 29, Issue 2, p. 252). Sage Publications. https://doi.org/10.2307/1318728

Williams, W. L. (1991). Javanese Lives: Women and Men in Modern Indonesian Society. Rutgers University Press.

Woodward, M. R. (2004). Islam Jawa Kesalehan Normatif Versus Kebatinan. Lkis Pelangi Aksara.

Yin, R. K. (2015). Qualitative Research from Start to Finish. Guilford Publications.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2024 Muta Ali Arauf

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Departement Religious Studies of The Faculty Ushuluddin and Religious Studies State Islamic University Imam Bonjol Padang
Jl. M. Yunus No. 1, Lubuk Lintah, Kuranji. 
Kota Padang, Sumatera Barat 25153
E-mail: al-adyan@uinib.ac.id


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.