https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/aladyan/issue/feedAl-Adyan: Journal of Religious Studies2025-04-18T12:05:36+00:00Andri Ashadiandriashadi@uinib.ac.idOpen Journal Systems<div> <img src="/jurnal/public/site/images/adminaladyan/logoaladyan2.png" alt="" /></div><div class="intro" style="width: 435px;"><ul><li><strong>ISSN: <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1597192430" target="_blank">2723-682X</a> (online)</strong></li><li><strong>ISSN: <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1599804454" target="_blank"><span>2745-519X</span> </a>(print)</strong></li></ul></div><p align="justify"><span lang="EN"><strong>Al-Adyan: Journal of Religious Studies</strong> is journal published by the Departement Religious Studies of the Faculty Ushuluddin and Religious Studies State Islamic University Imam Bonjol Padang. This journal is published twice a year in June and December which publishes articles based on the results of research on religious studies in various perspectives; comparative, histories, sociology, anthropology, phenomenology, interreligious relations, multiculturalism, and contemporary issues. Al-Adyan: Journal of Religious Studies invites scholar and researchers to contribute the best work in accordance with applicable regulations. <strong>Al-Adyan: Journal of Religious Studies</strong> is accredited SINTA 3 by the Ministry of Research, Technology and Higher Education Republic of Indonesia <a href="https://drive.google.com/file/d/1fbgycapQCqY9Gg3POzFn-BkpkbmxWQem/view?usp=sharing" target="_blank"><span>No. 225/E/KPT/2020</span> on December 7, 2022.</a></span></p><p align="justify"> </p>https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/aladyan/article/view/8682Understanding and Attitudes of Religious Moderation among Teachers in Al-Qur'an Education Centers2025-04-18T12:05:36+00:00Galih Fajar Fadillahgalihfajar@staff.uin.ac.idHusin Al Fatahfatah1912abdullah@gmail.comAly Masharalymashariainskt@gmail.com<p><em>This qualitative study examines the understanding and attitudes of TPQ (Taman Pendidikan al-Qur'an) teachers in Sawit District, Boyolali, Indonesia towards religious moderation</em><em> and </em><em>the factors influencing these attitudes. The research used a qualitative approach through </em><em>in-depth interviews, observations, and document analysis to explore the lived experiences and perspectives</em><em> of these teachers. The study emphasizes the significance of religious moderation</em><em> </em><em>such as tawasuth (moderation), national commitment, tolerance, cultural accommodation, and anti-violence</em><em> </em><em>in fostering societal harmony. It highlights key challenges, opportunities, and supports within the moderation learning process. This research is distinctive in its focus on TPQ teachers, a critical yet underexplored group in religious education. The findings underscore the need for enhanced educational initiatives, promotion of moderation values, and empowerment of influential societal figures to cultivate stronger attitudes of religious moderation. By addressing regional and educational contexts, the study offers new insights into grassroots-level efforts to promote religious moderation.</em><em></em></p><p>Studi kualitatif ini meneliti pemahaman dan sikap guru TPQ (Taman Pendidikan al-Qur'an) di Kecamatan Sawit Boyolali, Indonesia terhadap moderasi beragama dan faktor-faktor yang memengaruhi sikap tersebut. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam, observasi, dan analisis dokumen untuk mengeksplorasi pengalaman dan perspektif hidup para guru tersebut. Studi ini menekankan pentingnya moderasi beragama seperti tawasuth (moderasi), komitmen nasional, toleransi, akomodasi budaya, dan antikekerasan dalam membina kerukunan masyarakat. Studi ini menyoroti tantangan, peluang, dan dukungan utama dalam proses pembelajaran moderasi. Penelitian menjadi unik karena berfokus pada guru TPQ, kelompok yang kritis namun kurang dieksplorasi dalam pendidikan agama. Temuan penelitian menggarisbawahi perlunya peningkatan inisiatif pendidikan, promosi nilai-nilai moderasi, dan pemberdayaan tokoh masyarakat yang berpengaruh untuk menumbuhkan sikap moderasi agama yang lebih kuat. Dengan membahas konteks regional dan pendidikan, penelitian ini menawarkan wawasan baru tentang upaya masyarakat akar rumput untuk mempromosikan moderasi agama.</p>2024-12-26T03:50:41+00:00Copyright (c) 2024 Galih Fajar Fadilla, Muhammad Husin Al Fatahhttps://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/aladyan/article/view/9414Dekonstruksi Moderasi Beragama dalam Buku Husein Ja’far Al-Hadar: Perspektif Jacques Derrida2025-04-18T12:05:36+00:00Sri Rahmadani Pasaribusrirahmadanipasaribu@gmail.com<p>Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dekonstruksi moderasi beragama dalam buku Apalagi Islam Itu Kalau Bukan Cinta?! karya Husein Ja'far Al-Hadar dengan menggunakan pendekatan hermeneutika dekonstruksi Jacques Derrida. Fokus utama penelitian ini adalah mengkaji konsep-konsep inti dalam Islam seperti azan, ihram, hijrah, salam, keadilan, dan silaturahmi. Konsep-konsep ini diinterpretasikan melalui prinsip-prinsip dekonstruksi Derrida, terutama konsep <em>differance</em> dan <em>aporia</em>, untuk mengungkap makna yang tersembunyi dan dinamis dalam teks. Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka dengan pendekatan hermeneutika dekonstruktif. Pendekatan ini tidak hanya berfungsi sebagai metode analisis, tetapi juga sebagai cara untuk memahami teks keagamaan secara lebih mendalam. Penelitian ini berusaha untuk mengungkap bagaimana narasi moderasi beragama yang disampaikan oleh Husein Ja'far Al-Hadar tidak hanya relevan secara teologis, tetapi juga dapat diadaptasi dalam konteks sosial dan budaya yang beragam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teori dekonstruksi Derrida mampu mendemonstrasikan sifat makna agama yang selalu dinamis, terbuka, dan tidak pernah mencapai finalitas. Dengan menggunakan konsep <em>differance</em>, penelitian ini mengungkap adanya keterbukaan makna teks keagamaan terhadap reinterpretasi dalam konteks yang berbeda. Sementara itu, melalui <em>aporia</em>, ditemukan bahwa narasi keagamaan yang ditampilkan Husein Ja'far Al-Hadar mencerminkan Islam sebagai agama yang inklusif, kontekstual, dan adaptif terhadap perubahan sosial-budaya. Husein Ja'far Al-Hadar memosisikan Islam sebagai landasan moderasi beragama yang tidak hanya menekankan prinsip cinta kasih, tetapi juga relevan dalam menjaga keharmonisan antar umat beragama di masyarakat multikultural.</p><p><em><span>This study aims to analyze the deconstruction of religious moderation in the book Apalagi Islam Itu Kalau Bukan Cinta?! by Husein Ja'far Al-Hadar using Jacques Derrida's hermeneutic deconstruction approach. The primary focus of this research is to examine key Islamic concepts such as azan, ihram, hijrah, salam, justice, and fraternity. These concepts are interpreted through Derrida's principles of deconstruction, particularly the concepts of differance and aporia, to uncover the hidden and dynamic meanings within the text. The research method employed is a literature study with a hermeneutic deconstructive approach. This approach not only serves as an analytical method but also as a way to deeply understand religious texts. The study seeks to reveal how the narrative of religious moderation presented by Husein Ja'far Al-Hadar is not only theologically relevant but also adaptable to diverse social and cultural contexts. The findings indicate that Derrida's deconstruction theory demonstrates the inherently dynamic, open, and never-final nature of religious meanings. By employing the concept of differance, the study uncovers the openness of religious texts to reinterpretation in various contexts. Meanwhile, through aporia, it is found that the religious narratives presented by Husein Ja'far Al-Hadar portray Islam as an inclusive, contextual, and adaptive religion that responds to socio-cultural changes. Husein Ja'far Al-Hadar positions Islam as the foundation of religious moderation, emphasizing not only the principle of love but also its relevance in maintaining harmony among religious communities in multicultural societies</span><span lang="IN">.</span></em></p>2024-12-26T03:50:42+00:00Copyright (c) 2024 Sri Rahmadani Pasaribuhttps://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/aladyan/article/view/9033Tanah Air Itu Bhinneka as Youth Interreligious Dialogue and Peace Building Strategy2025-04-18T12:05:36+00:00Alifatul Lusiana Uswatun Chasanahalifatullusianauswatunchasanah@mail.ugm.ac.idMoch. Rafly Try Ramadhanim.r.t.ramadhani@student.vu.nl<p>Youth play a strategic role in creating a better and more peaceful world, including in peacebuilding efforts. The Communion of Churches in Indonesia (PGI) has facilitated interfaith relations through the <em>Tanah Air</em><em> Itu Bhinneka</em> program, which aims to train young people from diverse religious backgrounds across Indonesia to become agents of peace. This article explores the program's contribution to interfaith dialogue strategies by referencing Ashutosh Varshney's theory of civic engagement. Using a qualitative analysis approach and case study method, this research reveals how interfaith civic engagement networks built through the program contribute to enhancing harmonious interfaith relations. The findings indicate that the <em>Tanah Air </em><em>Itu </em><em>Bhinneka</em> program not only empowers young people to become agents of peace but also strengthens interreligious understanding and tolerance. This article argues that the approach employed in this program can be adopted as an effective peacebuilding model and provides valuable lessons for similar initiatives at regional and global levels.</p><p><em>Pemuda memegang peran strategis dalam menciptakan dunia yang lebih baik dan lebih damai, termasuk dalam upaya pembangunan perdamaian. Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) telah memfasilitasi hubungan antaragama melalui program Tanah Air Itu Bhinneka, yang bertujuan untuk melatih kaum muda dari berbagai latar belakang agama di seluruh Indonesia untuk menjadi agen perdamaian. Artikel ini mengeksplorasi kontribusi program tersebut terhadap strategi dialog antaragama dengan merujuk pada teori keterlibatan warga negara Ashutosh Varshney. Dengan menggunakan pendekatan analisis kualitatif dan metode studi kasus, penelitian ini mengungkap bagaimana jaringan keterlibatan warga negara antaragama yang dibangun melalui program tersebut berkontribusi untuk meningkatkan hubungan antaragama yang harmonis. Temuan penelitian menunjukkan bahwa program Tanah Air</em><em> Itu Bhinneka</em><em> tidak hanya memberdayakan kaum muda untuk menjadi agen perdamaian tetapi juga memperkuat pemahaman dan toleransi antaragama. Artikel ini berpendapat bahwa pendekatan yang digunakan dalam program ini dapat diadopsi sebagai model pembangunan perdamaian yang efektif dan memberikan pelajaran berharga untuk inisiatif serupa di tingkat regional dan global.</em><em></em></p>2025-01-14T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Alifatul Lusiana Uswatun Chasanahhttps://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/aladyan/article/view/10717Bridging Faith and Science: Affirm the Existence of Allah through Scientific Exploration2025-04-18T12:05:36+00:00Ahmad HuseinLubis@gmail.comLukman Fajariyahlukmanfajar9@gmail.comArif Al Anangarifalanang@gmail.comInamul Hasan Anshorianshorialhafizh92@gmail.com<p>This study explores the relationship between the Qur'an and science and the effort to integrate them within the framework of Islamic epistemology. Islam views science as a means to understand the signs of Allah’s greatness (ayat kauniyah), as emphasized in various Qur'anic verses. This approach aims to harmonize revelation and reason in understanding natural phenomena and addressing modern challenges. The study employs a qualitative method with a library research approach, drawing on the Qur'an, tafsir (interpretations), scientific works, and modern scientific discoveries as primary data sources. The findings indicate that the Qur'an serves not only as a spiritual guide but also as an inspiration for the development of science grounded in universal values and morality. The concept of the Islamization of science emerges as a crucial step in restoring the spiritual dimension of science and technology, thereby contributing to holistic human welfare. By integrating revelation and science, Islam offers a framework that is not only relevant for understanding the universe but also for building a sustainable and just civilization.</p><p><em>Penelitian ini membahas hubungan antara Al-Qur'an dan ilmu pengetahuan, serta upaya mengintegrasikan keduanya dalam kerangka epistemologi Islam. Islam memandang ilmu pengetahuan sebagai salah satu sarana untuk memahami tanda-tanda kebesaran Allah (ayat kauniyah), sebagaimana ditegaskan dalam berbagai ayat Al-Qur'an. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan keselarasan antara wahyu dan akal dalam memahami fenomena alam dan menyelesaikan berbagai tantangan kehidupan modern. Studi ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan, mengacu pada Al-Qur'an, tafsir, karya ilmiah, dan temuan sains modern sebagai sumber data utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Al-Qur'an tidak hanya memberikan panduan spiritual, tetapi juga menginspirasi pengembangan ilmu pengetahuan yang berlandaskan pada nilai-nilai universal dan moralitas. Konsep Islamisasi ilmu pengetahuan menjadi langkah penting dalam mengembalikan dimensi spiritual dalam sains dan teknologi, sehingga dapat berkontribusi pada kesejahteraan manusia secara holistik. Dengan mengintegrasikan wahyu dan sains, Islam menawarkan kerangka kerja yang tidak hanya relevan untuk memahami alam semesta, tetapi juga untuk membangun peradaban yang berkelanjutan dan berkeadilan.</em></p>2025-01-18T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Ahmad Husseinhttps://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/aladyan/article/view/10020Telaah Historis Relasi Dialogis Agama-Agama Monoteis2025-04-18T12:05:36+00:00Ahmad Nabil Amirnabiller2002@yahoo.co.ukTasnim Abdul Rahmantasnimrahman@unisza.edu.my<p><em>This article discusses the religious experiences of various faiths within the Abrahamic tradition. It first examines the underlying systems and approaches, as reflected in classical works of religious thought that outline meta-religious principles, methodologies, traditions, and ideological frameworks. In analyzing the history and traditions of Abrahamic beliefs, this article seeks to summarize them within the framework of comparative religion, highlighting their historical development and importance in inspiring convivencia (coexistence) in a global context. The analysis is based on classical works studying the science of religion (religionswissenschaft) and its methodologies, which have produced foundational approaches and principles in this field. The research uses a qualitative framework with descriptive and analytical methods. This article also examines modern developments in the field of comparative religious studies and its role in promoting interfaith dialogue, while exploring our shared human heritage that emphasizes the spirit of La Convivencia as an inclusive and pluralistic force, particularly in the Malay region. In summary, the findings of the article demonstrate the influence and unprecedented presence of the Abrahamic tradition’s seeds in the world’s religions, especially those of Semitic lineage.</em></p><p>Artikel ini membahas pengalaman religius berbagai kepercayaan dalam tradisi Abrahamik. Pertama-tama kajian ini menyelidiki sistem dan pendekatan yang mendasarinya, sebagaimana tercermin dalam karya-karya klasik pemikiran religius yang menguraikan prinsip-prinsip meta-religius, metodologi, tradisi, dan kerangka ideologisnya. Dalam menganalisis sejarah dan tradisi kepercayaan Abrahamik, artikel berupaya merangkumnya dalam kerangka perbandingan agama, yang menunjukkan perkembangan historisnya serta pentingnya tradisi ini dalam menginspirasi <em>convivencia</em> (hidup bersama) dalam konteks global. Analisis dilakukan dengan mengacu pada karya-karya klasik yang mengkaji ilmu agama (<em>religionswissenschaft</em>) dan metodologi, yang melahirkan pendekatan serta prinsip-prinsip dasar dalam bidang ini. Penelitian menggunakan kerangka kualitatif dengan metode deskriptif dan analitis. Artikel juga mengkaji perkembangan modern dalam bidang studi agama perbandingan dan perannya dalam mempromosikan dialog antaragama, serta menggali warisan bersama kemanusiaan yang menyoroti semangat <em>La Convivencia</em> sebagai kekuatan inklusif dan pluralis, khususnya di kawasan Melayu. Secara ringkas, temuan dalam artikel ini menunjukkan pengaruh dan keberadaan benih tradisi Abrahamik sangat signifikan dalam agama-agama dunia, terutama dari garis keturunan Semitik, yang belum pernah terjadi sebelumnya.</p>2025-02-02T02:15:34+00:00Copyright (c) 2025 ahmad nabil amirhttps://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/aladyan/article/view/9995Soedjatmoko’s Perspectives on Human Development: Intellectual, Educational, and Freedom Aspects In Indonesian Society2025-04-18T12:05:36+00:00Huswatun Hasanahhuswatun.hasanah@students.paramadina.ac.idFuad Mahbub Sirajfuad.siraj@paramadina.ac.idMuhammad Salleh Bin Buangsalleh@tarbiyyah.sg<p class="Normal1">This article further explains Soedjatmoko's thoughts on human development. This literature study uses a historical approach to extracting data and conducting content analysis. This study shows that Soedjatmoko's thoughts on human development are still very relevant to life today. Human development must be carried out to create diverse quality and life choices. It is affirmed about the educational and intellectual aspects and the growth of human freedom in facing various lives. In this case, it emphasizes the academic and intellectual aspects and the development of human freedom in facing various life problems (freedom is not a necessity), as well as a complement to the human dimension in the development carried out. Development should be done because it requires new meaning in every new condition of various existing problems. So, it can be concluded that humans have an essential role in the process of development or change, which ultimately requires human development.</p><p class="Normal1"><em>Artikel ini bertujuan untuk lebih menjelaskan pemikiran Soedjatmoko tentang pembangunan manusia. Studi literatur ini menggunakan pendekatan historis dalam mengekstraksi data dan melakukan analisis konten. Studi ini menunjukkan bahwa pemikiran Soedjatmoko tentang pembangunan manusia terbilang masih sangat relevan dengan kehidupan saat ini. Pembangunan manusia perlu dilakukan untuk menciptakan kualitas dan pilihan-pilihan hidup yang beraneka ragam dalam kehidupan manusia, dalam hal ini ditegaskan mengenai aspek pendidikan dan intelektual serta pertumbuhan proses kebebasan manusia dalam menghadapi berbagai persoalan-persoalan hidup (kebebasan bukanlah suatu hal yang bersifat keniscayaan), sekaligus sebagai pelengkap dimensi manusia dalam pembangunan yang dilakukan. Pembangunan sudah semestinya dilakukan dengan cara terus menerus, karna pada dasarnya ia membutuhkan makna baru dalam setiap kondisi yang baru pula dari berbagai persoalan yang ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa manusia memiliki peran penting dalam proses pembangunan atau perubahan yang pada akhirnya memerlukan pula adanya pembangunan manusia.</em></p>2025-03-28T12:51:33+00:00Copyright (c) 2025 Huswatun Hasanah, Fuad Mahbub Sirajhttps://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/aladyan/article/view/11138Simbolisme Tongkat dan Sumpah Pocong dalam Film Khanzab: Analisis Semiotika Barthes2025-04-18T12:05:36+00:00Argya Buyung Prayogakuliahargya@gmail.comMukayat Al Aminmukayatalamin821@gmail.comM. Febriyanto Firman Wijayamfebriyantofw@um-surabaya.ac.id<p>Penelitian ini mengeksplorasi simbolisme tongkat dan sumpah pocong dalam film Khanzab (2023), dengan tujuan untuk mendalami arti budaya, filosofis, dan naratif yang terkandung dalam dua elemen tersebut. Penelitian ini menggunakan metode semiotika menurut Roland Barthes, yang menganalisis bagaimana simbol-simbol itu berperan dalam menciptakan narasi dan mempengaruhi cara penonton memahami pesan yang disampaikan film. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif-deskriptif, dengan cara pengumpulan data melalui kajian literatur dan analisis audio visual dari film tersebut. Metode semiotika Barthes digunakan untuk menginvestigasi aspek denotasi dan konotasi yang terkait dengan simbol tongkat dan sumpah pocong, serta untuk mengidentifikasi mitos-mitos budaya yang terdapat di dalamnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tongkat dalam film Khanzab tidak hanya terlihat sebagai benda fisik, melainkan juga sebagai simbol kekuatan supernatural dan warisan budaya yang amat terkait dengan permasalahan batin tokoh utamanya. Di sisi lain, sumpah pocong berfungsi sebagai representasi dari ketegangan antara kepercayaan tradisional dan modernitas, sekaligus menambah elemen horor melalui penggunaan ritual yang sakral. Temuan ini menandakan bahwa kedua simbol tersebut berperan sebagai sarana komunikasi budaya dan alat naratif yang memperkaya pengalaman emosional penonton. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa film Khanzab sukses menggunakan simbolisme tongkat dan sumpah pocong untuk menyampaikan pesan moral budaya yang mencerminkan nilai-nilai spiritual dan sosial dalam masyarakat Indonesia. </p><p><em>This research explores the symbolism of the stick and the pocong oath in the film Khanzab (2023), with the aim of exploring the cultural, philosophical, and narrative meanings contained in these two elements. This study uses the semiotics method according to Roland Barthes, which analyzes how these symbols play a role in creating narratives and influencing the way the audience understands the message conveyed by the film. The approach used in this study is qualitative-descriptive analysis, by collecting data through literature review and audio-visual analysis of the film. Barthes' semiotics method was used to investigate the aspects of denotation and connotation related to the symbol of the stick and the pocong oath, as well as to identify the cultural myths contained in it. The results of the study show that the stick in Khanzab's film is not only seen as a physical object, but also as a symbol of supernatural power and cultural heritage that is closely related to the inner problems of the main character. On the other hand, the pocong vow serves as a representation of the tension between traditional beliefs and modernity, while adding an element of horror through the use of sacred rituals. These findings indicate that the two symbols act as a means of cultural communication and a narrative tool that enriches the emotional experience of the audience. The conclusion of this study shows that the film Khanzab successfully uses the symbolism of the stick and the pocong oath to convey cultural moral messages that reflect spiritual and social values in Indonesian society</em><em>.</em><em></em></p>2025-04-18T11:48:21+00:00Copyright (c) 2025 Argya Buyung Prayogalize global environment
define('INDEX_FILE_LOCATION', __FILE__);
require('./lib/pkp/includes/bootstrap.inc.php');
// Serve the request
$application =& PKPApplication::getApplication();
$application->execute();
?>