Jurnal AL-AHKAM
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/alahkam
<p style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Jurnal AL-AHKAM (<a href="https://issn.lipi.go.id/terbit/detail/1272945320">Print ISSN: <span>2086-8243</span></a> dan E<a href="https://issn.lipi.go.id/terbit/detail/1591587378">lectronic ISSN: 2722-6549</a>) adalah jurnal imiah yang diterbitkan oleh Prodi Megister Hukum Keluarga Pascasarjana UIN Imam Bonjol Padang. Jurnal ini terbit dua edisi setiap tahun semenjak 2012; Edisi bulan Juni dan Desember. Fokus kajian jurnal ini berkaitan dengan kajian hukum Islam dengan segala aspek yang berkaitan dengannya. Jurnal ini menampung semua bentuk artikel ilmiah yang berkaitan dengan kajian hukum Islam yang mencakup artikel penelitian, baik normatif-doktrinal dan empiris, dalam disiplin hukum Islam yang meliputi: Yurisprudensi Islam (Fiqh), Teori Hukum Islam (Usul al-Fiqh), Hukum di Dunia Muslim Modern (Legislasi / Kodifikasi, Statuta, Peraturan, Profesi Hukum, dan Lembaga), dan Hukum Komparatif, Hukum & Agama, atau Hukum & Masyarakat yang bersinggungan dengan Hukum Islam.<br /><br /><strong>Index by:</strong><br /><a href="https://garuda.kemdikbud.go.id/journal/view/19081" target="_self"><img src="/jurnal/public/site/images/adminalahkam/garuda.png" alt="" /></a><a href="https://scholar.google.com/citations?user=Aa61Fz8AAAAJ"><img src="/jurnal/public/site/images/adminalahkam/google_scholar.png" alt="" /></a><a href="https://moraref.kemenag.go.id/archives/journal/98893412974991202" target="_self"><img src="/jurnal/public/site/images/adminalahkam/moraref.png" alt="" /></a></span><img style="font-size: small;" src="http://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/public/site/images/adminturast/dimensions.png" alt="" width="150" height="70" /></p>UIN Imam Bonjol Padangen-USJurnal AL-AHKAM2722-6549<span>The copyright of the received article shall be assigned to the journal as the publisher of the journal. The intended copyright includes the right to publish the article in various forms (including reprints). The journal maintains the publishing rights to the published articles.</span>Postponement of Debt Payment in the Review of Islamic Fiqh
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/alahkam/article/view/6810
Abstrak This research aims to deal with the issue of debt and procrastination in paying it and the consequent penalties mentioned by Alef. The deductive, inductive approach was followed, and this research reached several results, the most important of which is that the debt is the fixed money owed by any of the reasons for proving the debt. Religion; Because of the seriousness of the debt, good intentions facilitate debt repayment and payment, unlike bad choices. Procrastination: Delaying payment when the right is due with his ability to pay, and the jurists agreed that the procrastination of the rich is unjust and forbidden, but some of them considered it a major sin, and the procrastination of the non-rich is neither unfair nor forbidden. If the debtor has apparent money, it will be sold to pay off his debts, even if he is compelled to do so, considering the creditor's right. If the debtor does not have apparent money, it is sold to him to pay off his debts, withholding a penalty for him until his money appears or he reaches it even by beating.Safrudin Halimy Kamaluddin
Copyright (c) 2023 Safrudin Halimy Kamaluddin
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-12-122023-12-1215211410.15548/alahkam.v15i2.6810The Effect Of Inflation On Debt Repayment In A Review Of Islamic Fiqh
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/alahkam/article/view/6805
This article describes the problems of paying debts in contemporary times, which actually existed during the time of Rasulullah PBUH. However, with little intensity, transactions and trade were not as big as today. The problem is worsening because money has been replaced in paper form with no intrinsic value. Will the debt be affected by inflation and the increase and decrease in value? By conducting a literature study and using a descriptive analysis approach, we conducted a fiqh analysis of inflation and debt repayment. With the Masyaqqah Tajlibu Taysir rule, we analyze debt payments in contemporary times. It is found that whenever someone wants to pay off a debt, they will be busy checking the rupiah's value today, which could also result in a dispute between the debtor and creditor about the rupiah exchange rate at that time. So obviously, this is a big Masyaqqah (big trouble). Because in paying debts, a high tolerance element is needed, but avoiding Syubhat (doubtful) is also better than adhering to the opinion of the clergy, which refers to Maqashid sharia and Muktabarah benefits.Muhammad Ridho
Copyright (c) 2023 Muhammad Ridho
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-12-122023-12-12152152610.15548/alahkam.v15i2.6805Mashlalah Perpindahan Wali Nasab Kepada Wali Hakim Karena Covid-19 di Kabupaten Agam
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/alahkam/article/view/5074
Berdasarkan PMA Nomor 20 Tahun 2019 tentang pencatatan pernikahan, wali hakim terjadi jika wali nasab tidak ada, adhal, tidak diketahui keberadaannya, tidak dapat dihadirkan karena dipenjara, non muslim, sedang ihram atau menjadi pengantin itu sendiri. Merebaknya pandemi covid-19 di Kabupaten Agam mengakibatkan ada beberapa peristiwa nikah yang dilaksanakan oleh wali hakim. Rumusan penelitian ini adalah “Bagaimana Tinjauan Mashlahah Perpindahan Wali Nasab Kepada Wali Hakim Karena Pandemi Covid-19?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk, alasan dan aspek mashlahah dari perpindahan wali kepada wali hakim karena terhalang pandemi covid-19. Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang dilakukan pada KUA yang terdapat di Kabupaten Agam. Pengumpulan data adalah dengan cara wawancara dan mempelajari dokumen nikah di KUA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan perpindahan wali nasab kepada wali hakim dianalisis mashlahah. Kesimpulannya adalah bentuk perpindahan wali tersebut adalah disamakan dengan wali jauh. Alasan perpindahan wali tersebut adalah karena wali tidak bisa hadir, tidak bisa bertawkil wali dan keberadaanya jauh. Dilihat dari segi mashlahah maka termasuk kedalam kategori al-mashlahah al-hajiyah al-mu’tabarah.Wahyu HidayatElfia ElfiaMuchlis Bahar
Copyright (c) 2023 Wahyu Hidayat
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-12-122023-12-12152274410.15548/alahkam.v15i2.5074Kedudukan Buku Nikah Sebagai Probationis Causa dalam Perkara Kewarisan
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/alahkam/article/view/6631
Salah satu sebab seseorang saling mewarisi adalah adanya hubungan perkawinan antara pewaris dengan ahli waris, perkawinan tersebut tidak membedakan antara monogami atau poligami, hanya saja peristiwa perkawinan tersebut dicatatkan secara sah oleh negara, sebagai bentuk perlindungan keperdataan. Maka untuk membuktikan adanya hubungan perkawinan di pengadilan dalam perkara pewarisan sangat ditentukan oleh alat bukti, khususnya buku nikah. Dalam praktik di pengadilan, ada yang menjadikan buku nikah sebagai alat bukti probationis kausa, dan ada pula yang tidak menjadikannya sebagai probationis causa sama sekali, dengan argumen buku nikah bukanlah satu-satunya alat bukti dalam pembuktian hubungan perkawinan dalam perkara waris. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan pendekatan normatif, yang bertujuan untuk mengetahui penyebab perubahan kedudukan buku nikah sebagai probation is causa dalam perkara kewarisan. Penelitian ini berkesimpulan bahwa karena fakta persidangan yang berbeda antara satu perkara dengan yang lainnya, sehingga mempengarusi kedudukan buku nikah sebagai probationis causa, perbedaan argumentasi tersebut dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan hukum bagi para pencari keadilan Kata Kunci : Buku Nikah, Kewarisan, Probationis CausaKhairul Badri
Copyright (c) 2023 khairul badri
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-12-122023-12-12152456810.15548/alahkam.v15i2.6631Adat Manjagit Paroppa dalam Pra Pernikahan di Nagari Muara Tais Kabupaten Pasaman Perspektif Hukum Islam
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/alahkam/article/view/6783
This article aims to analyze the considerations of the Manjagit Paroppa custom that occurs in Nagari Muara Tais, Pasaman Regency, every time there is a wedding, the party who wants to hold a wedding must first hold the Manjagit Paroppa custom (receiving cloth) and give gifts to the bride and groom and also pay road fees to hatobangan (elderly people in Nagari Muara Tais). Research questions First, what is the form of the practice of manjagit paropa before the marriage contract in Nagari Muara Tais, second, what are the factors that led to the existence of the manjagit paropa custom before the marriage contract in Nagari Muara Tais Third, what is the review of Islamic law on the custom of manjagit paropa before the marriage contract in Nagari Muara Tais. The type of research conducted by the author is field research located in Nagari Muara Tais, Pasaman RegencyMurni Sari
Copyright (c) 2023 Murni Sari
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-12-122023-12-12152698510.15548/alahkam.v15i2.6783Memindahkan Kuburan untuk Perluasan Sarana Ibadah dan Pendidikan dalam Kajian Filsafat Hukum Islam
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/alahkam/article/view/7372
This study aims to examine the issues and implications of moving graves in the context of expanding religious and educational facilities from the perspective of Islamic legal philosophy. The practice of moving graves has become a complex and sensitive topic in Muslim societies, especially when there is a need to develop religious and educational facilities in a limited area. This study provides a deeper understanding of how Islamic law views the moving of graves and their implications for meeting social and religious needs. The research methodology involves an analysis of literature that includes primary sources such as the Al-Qur'an, hadith, and related Islamic law studies. A philosophical approach is also used to understand the implications of moving cemeteries in a wider context, including the expansion of places of worship and education. The results of the study show that Islamic law recognizes the importance of protecting and respecting graves as the final resting place of individuals. However, there are also principles of flexibility and general benefit in Islamic law which can be the basis for moving cemeteries under certain circumstances, such as for the benefit of expanding religious and educational facilities which can provide significant benefits to the community. However, these transfer steps must be carried out with full respect, caution, and consultation with religious authorities and related parties. This study presents a new perspective in dealing with the dilemma of moving cemeteries in the context of building places of worship and education. This research provides a foundation for a better understanding of legal and ethical considerations in moving graves within the framework of Islamic legal philosophy. The practical implications of this research can help policy makers, legal experts, and Muslim communities to overcome conflicts and seek solutions that are just and in accordance with religious principles in the context of expanding places of worship and educationDandi SaputraBusyro Busyro
Copyright (c) 2023 Dandi Saputra, Busyro Busyro
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-12-122023-12-121528610410.15548/alahkam.v15i2.7372Hukum Islam Era Society 5.0: Konsep dan Implementasi dalam Kehidupan Bermasyarakat
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/alahkam/article/view/7030
Hukum Islam sebagai kerangka normatif yang mengatur kehidupan individu dan masyarakat dihadapkan pada tantangan yang signifikan dalam transformasi teknologi di era society 5.0. Artikel ini bertujuan untuk menegaskan konsep dan implementasi hukum Islam dalam menghadapi perubahan masyarakat yang ditandai oleh teknologi tinggi, digitalisasi, konektivitas tanpa henti, dan transformasi sosial yang cepat. Berisi uraian konsep hukum Islam dalam konteks era society 5.0 dan menyoroti nilai setta prinsip yang diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu dijelaskan pula tantangan yang timbul seiring dengan perkembangan teknologi dalam konteks hukum Islam yang di dalamnya terdapat isu-isu terkait privasi, etika, perbankan syariah, perubahan sosial dalam keluarga dan masyarakat, serta ancaman keamanan siber. Melalui studi kasus yang relevan, digambarkan pula keberhasilan dalam mengintegrasikan hukum Islam dengan era society 5.0.Feni NurainiTitis MaysianaRhaka Assiddiq Prasetyo PutroRevinsha Lyla SadiraNur Rofiq
Copyright (c) 2023 Feni Nuraini, Titis Maysiana, Rhaka Assiddiq Prasetyo Putro, Revinsha Lyla Sadira, Nur Rofiq
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-12-122023-12-1215210511410.15548/alahkam.v15i2.7030Upah/ujrah Pada Pelaksanaan Ta’oliu Menurut Perspektif Fiqh Muamalah
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/alahkam/article/view/7503
The problem is how the implementation of wages in the practice of ta'oliu in Jorong Padang Laweh Subdistric Tanjung Gadang Regency Sijunjung and how the muamalah fiqh perspective on wages in the implementation of ta'oliu in Jorong Padang Laweh Subdisrict Tanjung Gadang Regency Sijunjung. The purpose is to describe the implementation of wages in ta'oliu practice in Jorong Padang Laweh Subdistric Tanjung Gadang, Regency Sijunjung and analyze the muamalah fiqh perspective on the implementation of ta'oliu in Jorong Padang Laweh Subdisric Tanjung Gadang, Regency Sijunjung. The type of field research with a qualitative descriptive approach. The result was that ta'oliu readings were carried out in the cemetery for 7 consecutive days. The total wage given is RP.400,000 which is divided based on attendance. The wages implementation of ta'oliu have become customary provisions in Jorong Padang Laweh, Subdistric Tanjung Gadang, Regency Sijunjung. Because it has become a tradition to employ others in terms of worship. Perspective of fiqh muamalah the implementation of wages in ta'oliu practice in Jorong Padang Laweh, Subdistric Tanjung Gadang, Regency Sijunjung said that Urang siak who were present could take wages provided that the wages were not burdensome for families who carried out ta'oliu. Maliki and Safi'i schools allow it because of the remuneration of performing worship for certain jobs with certain rewards.Farida AriantiNelva Agustin
Copyright (c) 2023 Farida Arianti, Nelva Agustin
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-12-122023-12-1215211512610.15548/alahkam.v15i2.7503Poligami, Apakah Maslahat atau Mudarat?
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/alahkam/article/view/7374
Poligami sejalan dengan maqashid al-syari’ah, namun tingkatan maqasidnya hanya berada pada tingkatan maqashid al-tahsiniyyah. Ketiadaan poligami tidak sampai menyebabkan kerugian dan kerusakan terhadap esensial dari maqashid al-syari’ah, baik pemeliharaan keturunan maupun hak-hak terhadap perempuan. Pelaksanaan praktik merupakan pilihan bukan kewajiban, meskipun itu perintah untuk menikahi dua, tiga, atau empat orang perempuan. Akan tetapi, perintah itu sangat erat hubungan dan kaitannya dengan menjaga kehormatan anak yatim perempuan dan janda. Oleh karena itu, terdapat perbedaan hukum yang ditetapkan oleh para ulama terkait poligami tersebut, bahkan ada ulama yang melarang berpoligami kecuali dalam keadaan darurat. Ini menunjukkan bahwa pelaksanaan poligami harus dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan syarat dan batasan yang telah ditentukan, tidak asal “nyunnah” mengikuti apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan (library research) yang berdasarkan kepada sumber data sekunder, yaitu kitab dan buku yang membahas poligami dan maqashid al-syariah, serta artikel-artikel yang juga berkaitan dengan topik tersebutNasrizal MuhammadMuhammad Rhazes Adiasa
Copyright (c) 2023 Nasrizal Muhammad
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-12-122023-12-1215212714310.15548/alahkam.v15i2.7374Zakat dalam Pusaran Ortodoksi Fiqh
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/alahkam/article/view/7534
Tulisan ini berhubungan dengan pemahaman terhadap zakat yang masih terkungkung dalam pemahaman klasik. Zakat masih dipahami sebagai ibadah mahdah yang tidak memiliki ruang untuk diinterpretasi. Dangkalnya pemahaman masyarakat terhadap konsep dan maksud pensyari’atan zakat, minimnya diskursus tentang zakat, dan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga pengelola zakat memperkuat tradisi ortodoksi fiqh pengelolaan dan pemahaman terhadap zakat. Masyarakat lebih cenderung membayarkan zakat secara langsung kepada mustahiq dari pada menyerahkannya melalui lembaga zakat. Akibatnya zakat belum terkumpul dan terdistribusi secara maksimal. Sehingga tujuan dari pensyariatan zakat sebagai salah satu ibadah yang berdimensi sosial dalam pengentasan kemiskinan belum tercapai. Memahami zakat sebagai ibadah yang mutaghayyirat akan membuka ruang diskursus yang lebih luas dalam memahami konsep zakat. Zakat akan dapat diaplikasikan sesuai dengan perkembangan zaman dan poin-poin ashnaf zakat yang terdapat dalam nash dapat dijangkau secara maksimalM. Hidayat Ediz
Copyright (c) 2023 M. Hidayat Ediz
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-12-122023-12-1215214416210.15548/alahkam.v15i2.7534