GROUP POSITIVE PSYCHOTERAPY UNTUK MENINGKATKAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING SISWA BROKENHOME

Muhammad Zambri, Rendy Nugraha Frasandy, Muhammad Asip

Abstract


Keluarga harmonis merupakan suatu keadaaan dalam sebuah rumah yang memberikan ketenangan, kebahagian dan menerima seluruh keberadaan dirinya. Keluarga tanpa adanya kehadiran seorang anak juga akan membuat suasana rumah tangga menjadi sunyi, peristiwa hari ini adalah banyak anak brokenhome yang tidak mampu untuk menerima dirinya, tidak percaya diri, dan berprilaku menyimpang dikarenakan konflik yang terjadi dalam keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kesejahteraan psikologis pada siswa broken home dengan menggunakan group positive psychotherapy. Metode penelitian menggunakan eksperimen Quasi eksperimen Pre-test post-test control group. Subjek penelitiannya 14 orang siswa SMP usia 12-15 tahun. Subjek penelitian dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling yang memiliki skor rendah pada skala kesejahteraan psikologis. Analisis data kuantitatif menggunakan teknik analisis parametrik uji-t sampel paired, untuk melihat perbedaan kesejahteraan psikologis pada kelompok eksperimen setelah diberikan intervensi. Data dikumpulkan menggunakan alat ukur Scale Psychological Well Being (SPWB). Hasil penelitian ini menemukan ada perbedaan kesejahteraan psikologis setelah diberikan intervensi, yaitu dengan nilai sig-(2tailed) sebesar 0,000 < 0,05. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa group positive psychoterapy dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis siswa broken home.

Keywords


Brokenhome, group positive psychoterapy, kesejahteraan psikologis,

Full Text:

PDF

References


L. S. Arliman, “Perlindungan hukum bagi anak dalam perspektif pancasila

dan bela negara,” UNIFIKASI J. Ilmu Huk., vol. 5, no. 1, p. 58, 2018, doi: 10.25134/unifikasi.v5i1.754.

A. Holis, “Belajar melalui bermain untuk pengembangan kreativitas dan kognitif anak usia dini,” J. Pendidik. Univ. Garut, vol. Vol. 09; N, pp. 23–

, 2016.

N. Massa, M. Rahman, and Y. Napu, “Dampak Keluarga Broken Home Tehadap Perilaku Sosial Anak,” Jambura J. Community Empower., vol. 1,

no. 1, pp. 1–10, 2020, doi: 10.37411/jjce.v1i1.92.

F. Lie, P. Puspa Ardini, S. Utoyo, and Y. Juniarti, “Tumbuh kembang anak

broken home,” J. Pelita PAUD, vol. 4, no. 1, pp. 114–123, 2019, doi: 10.33222/pelitapaud.v4i1.841.

A. Syarifuddin, Hukum perkawinan islam di Indonesia. Jakarta: Prenada

Media, 2006.

S. Hafiza and M. Mawarpury, “Pemaknaan Kebahagiaan oleh Remaja

Broken Home,” Psympathic J. Ilm. Psikol., vol. 5, no. 1, pp. 59–66, 2018, doi: 10.15575/psy.v5i1.1956.

E. M. Hetherington, M. Cox, and R. Cox, “Long-term effects of divorce

and remarriage on the adjustment of children,” J. Am. Acad. Child

Psychiatry, vol. 24, no. 5, pp. 518–530, 1985.

C. D. Ryff and C. L. M. Keyes, “The structure of psychological well-being revisited.,” J. Pers. Soc. Psychol., vol. 69, no. 4, pp. 719–727, 1995, doi:

https://doi.org/10.1037/0022-3514.69.4.719.

A. Munandar, S. E. Purnamasari, and S. V. Peristianto, “Psychological

Well Being Pada Keluarga Broken Home,” J. Pena Karakter (Jurnal Pendidik. Anak dan Karakter), vol. 2, no. 1, pp. 1–11, 2017, [Online]. Available: http://ejurnal.mercubuanayogya.ac.id/index.php/psikologi/article/view/959/702

M. Aziz, “Perilaku sosial anak remaja korban broken home dalam berbagai perspektif (Suatu penelitian di SMPN 18 kota Banda Aceh),” J. Al-Ijtimaiyyah, vol. 1, no. 1, 2015.

R. C. Sujana, H. Wahyuningsih, and Q. Uyun, “Peningkatan kesejahteraan psikologis pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan menggunakan group positive psychotherapy improvement of psychological well-being in Patients with Type 2,” J. Interv. Psikol., vol. 7, no. 2, pp. 215–232, 2015.

L. A. M. Gayoles and J. R. A. Magno, “The Effect of Cognitive Behavioral

Therapy Group Counseling on the Well-Being of Self-Harming Emerging Adult,” Philipp. Soc. Sci. J., vol. 3, no. 1, pp. 35–52, 2020, doi:10.52006/main.v3i1.120.

L. M. Furchtlehner, R. Schuster, and A. R. Laireiter, “A comparative study

of the efficacy of group positive psychotherapy and group cognitive behavioral therapy in the treatment of depressive disorders: A randomized controlled trial,” J. Posit. Psychol., vol. 15, no. 6, pp. 832–845, 2020, doi:10.1080/17439760.2019.1663250.

F. F. Musthafa, “Positive group psychotherapyuntuk meningkatkan

kesejahteraan psikologis .,” Procedia Stud. Kasus dan Intrevensi Psikol., vol. 6, no. 1, pp. 31–40, 2018, doi: 10.22219/procedia.v6i1.12631.

M. E. P. Seligman, T. Rashid, and A. C. Parks, “Positive psychotherapy.,” Am. Psychol., vol. 61, no. 8, p. 774, 2006.

Sugiyono, Metode Pennelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta, 2018.

C. D. Ryff, “Happiness Is Everything, or Is It? Explorations on the Meaning of Psychological Well-Being,” J. Pers. Soc. Psychol., vol. 57, no. 6, pp. 1069–1081, 1989, doi: https://doi.org/10.1037/0022-3514.57.6.1069.

Q. M. Temane and M. P. Wissing, “The role of subjective perception of

health in the dynamics of context and psychological well-being,” South African J. Psychol., vol. 36, no. 3, pp. 564–581, 2006.

C. Vázquez, G. Hervás, J. J. Rahona, and D. Gómez, “Psychological well-

being and health . Contributions of positive psychology,” Annu. Clin. Heal. Psychol., vol. 5, pp. 15–27, 2009.

E. P. Sarafino and T. W. Smith, “Health psychology: Biopsychosocial interactions,” Eight., United States of America: Wiley, 2014.




DOI: https://doi.org/10.15548/jcm.v5i2.7471

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2023 Muhammad Zambri, Rendy Nugraha Frasandy, Muhammad Asip

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.