SAKSI BISU EKSISTENSI BELANDA DI AGAM (MAKAM LAREH CANDUANG SERTA GELAR DALAM SISTEM BIROKRASI BELANDA DI MINANGKABAU)
Abstract
Masuknya Belanda ke Minangkabau berawal dari konflik antara kaum adat dan ulama. Kaum adat meminta bantuan kepada Belanda untuk memerangi Paderi, perpecahan tersebut dimanfaatkan Belanda untuk memasuki daerah pedalaman hanya dengan melalui jalur diplomasi. Situs Makam Lareh Canduang ialah bukti keberadaan kekuasaan Belanda di daerah pedalaman Minangkabau (Agam), yang pada area tersebut terdapat tiga buah makam. Makam tersebut ialah makam seorang kepala lareh, yaitu sebuah jabatan yang diberikan Belanda kepada penghulu setempat yang mau diajak bekerja sama dengan pihak Belanda. Pemberian gelar dan jabatan merupakan bukti berpengaruhnya kekuasaan Belanda di daerah Pedalaman Minangkabau. Invansi Belanda tersebut karena hasil bumi yang menjadi tujuan utama perdagangan terdapat di daerah pedalaman seperti kopi, lada, cengkeh dll. Kedatangan Belanda yang berujung merugikan penduduk pribumi tersebut mendapat hadangan dari kaum Paderi dengan terjadinya berbagai bentuk perlawanan.
DOI: https://doi.org/10.15548/h.v14i2.2148
Abstract views : 351 times
References
Afza, Nurul. 1993. Kelas menengah Minangkabau: Aspek historis dalam Novel Minangkabau sebelum Perang Dunia Dua. Skripsi. Padang: Fakultas Sastra Jurusan Sejarah Universitas Andalas
Amran, Rusli. 1985. Sumatera Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Sinar Harapan
Asnan, Gusti. 2007. Memikir Ulang Regionalisme Sumatera Barat Tahun 1950-an. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Badan Pelestarian Cagar Budaya Batu Sangkar, Maret 2020
Diansyah, Arfan dan Tanjung, Flores dkk, 2019. Prasejarah Indonesia. Yayasan Kita Menulis
Djanaid, Djanalis dkk. 2011. Manajemen Dan Leadership Dalam Budaya Minangkabau. Malang:Universitas Brawijaya Press
E.Graves, Elizabeth. 2007. Asal-Usul Elit Minangkabau Modern:
Respon Terhadap Kolonial Belanda Abad XIX/XX . Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia
Fadilla, Zikri. Penerbitan Minangkabau Masa Kolonial (Sejarah Penerbitan Buku di Fort de Kock (Bukittinggi) 1901-1942 ).
Yogyakarta: Gre Publishing
Hutauruk, Ahmad Fakhri. 2020. Sejarah Indonesia: Masuknya Islam Hingga Kolonialisme. Yayasan Kita Menulis
Kato, Tsuyoshi. 2005. Adat Minangkabau dan Merantau dalam
Perspektif Sejarah, Terj. Jakarta: Balai Pustaka
Lestari, Dwi Vina. R.M Mulyadi dkk. Gaya Hidup Elite Minangkabau di Afdeeling Agam (1837-1942). Jurnal: Patanjala, Vol. 9, No. 1 Maret 2017
Mansoer. Imran, Amrin dkk. 1970. Sejarah Minangkabau. Jakarta: Bhratara
Miftakhuddin. 2019. Kolonialisme: Eksploitasi dan Pembangunan Menuju Hegemoni. Jawa Barat: CV Jejak, Anggota IKAPI
Parlindungan, Mangaraja Onggang . Tuanku Rao (Terror Agama Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak 1816-1833)
Sahrul. 2017. Teater Dalam Kritik. Padang Panjang: Institut Seni
Indonesia
Sudarman. 2016. Lokalitas Ragam Hias Minangkabau (Studi Terhadap Tata Letak Ragam Hias Masjid Asasi Padangpanjang).
Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya. Vol. 2 No. 2, November
Sufyan, Fikrul Hanif . 2018. Menuju Lentera Merah: Gerakan Propagandis Di Serambi Mekah 1923-1949. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press
Wiradnyana, Ketut . 2011. PraSejarah Sumatera Bagian Utara:
Kontribusinya Pada Kebudayaan Kini. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia
Zulqayyim. 2006. Boekittinggi Tempo Doeloe. Padang: Andalas
University Press
https:// rangkiangbudaya.wordpress.com/tag/belanda-
minangkabau, 16 Juni 2020, pkl 15:59
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a
Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.